YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 28 Mei 2014

PEngemis apa PEnipu?

Well, udah lama banget aku gak buka blogger. Kalau ada masa expirednya, udah kadaluarsa kali, ya, ini blog. :))
Sebenernya semangat nulis aku agak menyurut karena terlalu banyak nulis tugas, mau gimana lagi, orang anak sastra.

Tapi aku mau cerita tentang kejadian sekitar 10 menit yang lalu, di depan rumah.

Pintu rumah terbuka lebar seperti biasa kalau lagi hari libur gini. Pasti ada aja yang nongol di pintu pager. Mulai dari yang jual bubur, pengamen, sampai tukang minta-minta. 

Sebenernya aku sama sekali ga benci sama orang-orang yang suka minta-minta, cuma aku ga suka aja sama cara mereka yang seringkali menjengkelkan. Mereka udah sering pake embel-embel yang membuat kita jadi 'terpaksa' ngasih sedekah. Misalnya, tadi ada dua anak kecil, cewek dua-duanya. 

Mereka: "Assalamualaikum.."
Aku: "Waalaikumsalam, ada apa ya?"
M: "Mau minta sedekahnyaaaa, buat anak yatim." (sambil nada ceria, beneran, deh, NADA CERIA!)

Aku langsung cuek aja, bukannya gak mau ngasih, aku gak suka mereka bawa-bawa embel "anak yatim". Aku juga anak yatim, so what?

Aku yang asalnya bersimpati langsung berubah sarcastic. Aku bilang aja "Punten." 
Tapi mereka gak beranjak juga, malah cuek aja nempel-nempel di pager seakan-akan mereka ga denger aku ngomong. Aku yakin mereka ngerti bahasa Sunda.

Terus aku tanya, "Diajarin siapa minta-minta kayak gini?"
And for God sake! Mereka pasang muka mau nangis dong. Aku jadi merasa bersalah, tadinya. Eh, pas mama manggil aku dan bilang "Kasih aja, kalo ga dikasih gak akan pergi-pergi."

Pas aku mau ngasih itu uang, mereka lagi bercanda, doooong. Terus tadi muka mau nangisnya apaan??????

Aku ga suka banget sama cara mereka. Kenapa banyak banget orang Indonesia yang kayak gitu,sih?
Mulai dari balita sampe yang udah ongkek-ongkek, semuanya gitu. Pake cara apapun supaya dikasihani. Padahal aku yakin sebagian besar dari mereka adalah orang yang beragama. Bukankah di agama apa pun mengajarkan "tangan di atas lebih baik" dan tidak boleh berbohong?

Aku gak ngerti dan gak mau ngerti lagi sama orang-orang semacam mereka. Apa gak ada yang ngajarin mereka, bagaimana caranya untuk menilai sesuatu bukan dari nilai mata uangnya, tapi dari kebahagiaan apa yang bisa kita syukuri dari setiap esensi zat yang udah diberikan oleh Tuhan?

Orang yang minta-minta begitu mungkin hanya berpikir uang.. uang.. dan uang.
Sampai recehan pun mereka pungut. 
Mereka merusak citra dari "orang-orang susah" jadi "penipu" di mata aku, mungkin di mata sebagian orang juga.
Aku jujur sekarang sama sekali gak bisa bedain, mana pengemis yang bener-bener butuh bantuanm sama pengemis yang hatinya jelek kayak yang aku ceritain di atas.
Aku sekarang cuma bisa berharap semoga generasi ke depan orang-orang lebih bisa mendidik keturunan mereka dengan lebih baik. 


Sumber gambar: http://educationalexperimentalist.com/wp/wp-content/uploads/2012/12/2012_12_03_educate.jpeg

Minggu, 29 September 2013

I miss you, papap

Papap lagi apa di sana? Aku, mama, dan teteh selalu mendoakan papap. Sedetik pun gak pernah aku gak inget papap. Mungkin karena itu lah aku selalu berpikir bahwa papap masih ada disini.. Tapi ketika aku tersadar dari hayalanku, aku cuma bisa menangis..

Kadang aku memanggap kejadian waktu itu hanya mimpi buruk. Tapi aku selalu disadarkan oleh kenyataan yang menamparku... Aku tak bisa lagi berpura-pura menganggap bahwa papap masih hidup.
Yang aku masih tidak bisa percaya ialah.. Ternyata papap hanyalah manusia biasa, yang suatu saat akan meninggalkan dunia ini. Aku pikir waktu kita untuk bersama masih lama.. Masih panjang...

Aku selalu beranggapan bahwa papap adalah manusia yang sangat kuat, yang bisa melakukan segalanya. Segala urusan di rumah seperti listrik, air, semua dikerjakan papap. Makanya ketika papap pergi.. Hal kecil seperti air PAM tidak jalan pun, aku dan mama cukup panik dan tidak bisa melakukan apa-apa..

Banyak yang berubah, pap, setelah papap pergi.
Aku mulai terbiasa dengan lampu yang dinyalakan saat akan tidur, karena sekarang aku tidur berdua terus sama mama. Biasanya tidur berdua kalau papap lagi dinas malam aja, ya:)
Aku juga jadi sering makan, aku kan dulu sering di ledek papap kalau aku ga makan, pasti papp bilang "puasa" "diet" "udah makan di kampus" tiap aku tawarin papap untuk makan. Semuanya buat ngeledek anakmu yg takut menjadi gendut ini:">
Sekarang aku harus pasang hit elektrik sendiri.. Biasanya papap yang masangin.. Dan aku selalu berpura-pura udah tidur karena nanti papap pasti bilang "tidur, udah malem".
Aku yang biasanya berangkat kuliah dianter papap, pulang dianter papap, sekarang harus membiasakan diri lagi naik kendaraan umum kalau gak diantar jemput sama Arief.
Kalau inget papap udah ga disini rasanya kayak di banting dari atap, pap.. Remuk....

Banyak yang aku sesalin, pap..
Aku udah dapet feeling kalau waktu papap tinggal sebentar lagi sama kami. Tapi aku ga memanjakan papap selayaknya.. Aku selalu mengikuti ego aku sendiri. Aku jahat ya, pap:'(

Well.. Penyesalan selalu diakhir.
Aku gak pernah lupa bagaimana papap sakaratul maut. Papap cuma seperti sedang mengigau saat tidur. Aku bahkan tidak tau kalau itu adalah sakaratul maut. Aku kira papap hanya sedang sakit demam dan hendak pingsan karena saat kusentuh badan papap hangat sekali.. Aku ga pernah menyangka kalau saat itu adalah terakhir kalinya aku mendengar detak jantung papap dan melihat papap menangis saat aku minta maaf dan bilang aku sayang papap..
Mungkin itu pertama kalinya papap mendengar aku bilang "sayang" secara verbal saat aku sudah beranjak remaja...

Aku gak sabar. Kapan aku bisa ketemu papap lagi. Ngumpul sama mama, teteh.. Kapan, ya, pap?
Gak ada habisnya aku minta maaf sama papap.. Aku memang bukan anak yang 100% menuruti perintah dan nasihat papap dan mama.. Tapi aku sayang kalian sampai mati.

Aku pernah baca di novel judulnya Diary Pramugari, katanya seseirang tidak mungkin meninggalkan kita kalau kitanya belum siap. Mungkin menurut papap aku sudah siap.. Mama sudah siap.. Teteh juga sudah siap... Kalau ditanya siap atau tidak tentu saja kami semua tidak akan pernah siap. Tapi ini semua adalah rencana Allah swt, dan rencana-Nya tak pernah salah.

Aku kangen becandaan papap. Ketawa papap. Marahnya papap..
Papap yang tiap malem nina bobo-in aku pakai sholawat waktu aku kecil..
Papap yang tiap mau berangkat kerja selalu bilang ke aku waktu kecil, "yang sholehah, yaa!"
Kalau ke aku yang udah remaja biasanya nanya, "Nanti pulang jam berapa?", hehe.
Papap yang tiap jam 4 sore pulang kerja, aku ambilin air minum, terus papap tidur sampai maghrib..
Papap yang saat di akhir-akhir sebelum 'pergi' selalu terlihat berat saat aku akan pergi kuliah...
Oh, I can't get you off of my mind.

Papap, nanti dateng, ya, kalau aku wisuda. Masih lama, sih.. Tapi aku usahakan lulus tepat waktu. Oh, iya! Papap juga harus ada saat aku menikah nanti. Papap harus melihat suami aku, yang akan menggantikan posisi papap sebagai imam aku. Dan aku berharap itu Arief. Restui hubunganku dengan Arief, ya, pap?:)
I love you, Pap...

Your silly daughter, SKN.


Foto yang diambil waktu lebaran 1433 H.
I never knew that you wouldn't be there again in the following year....

Senin, 23 September 2013

Papap

This is a story bout my dad.

Seperti yang bisa kalian lihat, aku pernah menceritakan tentang kehidupanku bersama papap di blog sebelum ini. Tapi setelah 27 Juli 2013 lalu, aku mulai bisa memandang semua hal tentang papap dari sisi lain. Dari sisi papap.
Mungkin aku terlalu menekankan keinginan aku untuk sedikit dibebaskan dalam bergaul dengan teman-teman.   Pulang agak malam, malam mingguan, buka puasa bersama di luar, sering mengajak pacar ke rumah dan juga sering mengunjungi rumah pacar.
Sebenarnya agak berat mengetik ini..  Tadinya aku men-deadline-kan sebelum 40 harian papap, karena katanya selama 40 hari pertama papap masih ada di sekitar kami. Walaupun sebenarnya aku percaya sampai kapan pun papap akan selalu ada di dekat kami. Aku ingin papap membaca saat aku menulis ini. Semoga tulisan ini bisa juga bermanfaat untuk yang membaca.
Beberapa hari sebelum papap pergi.

Papap kerja seperti biasa, berangkat pukul 6 pagi dan pulang pukul 4 sore. Hari itu aku sedang membantu mama membuat orderan kue lebaran. Di rumah ada ibu, ibu adalah orang yang mengasuh aku sejak aku masih bayi merah, bayi yang baru beberapa hari dilahirkan. Ibu juga membantu membuat kue. Sepulangnya dari kantor, papap langsung memberikan fotokopian tentang “Bahayanya Tidur Setelah Sahur” yang di kutip dari  kompas(dot)com.  Aku yang sudah terbiasa sehabis sholat subuh langsung tidur lagi hanya membacanya sekilas tanpa mengamalkannya. Aku cuma menempelnya di mading kamarku. Papap ternyata punya banyak fotokopiannya, kata papap, kasih satu buat ibu. Aku masukkan ke kantung yang akan dibawa ibu pulang. Lalu akhirnya aku lupa pada kertas itu.

Sehari sebelum papap pergi.
Jam 10 pagi aku sedang di teras rumah bersama ibu, bikin kue lebaran lagi. Aku kaget melihat papap sudah pulang jam segitu, biasanya kan pulang jam 4 sore. Waktu aku tanya kenapa, papap seperti biasa selalu bercanda, “Cuti”, katanya sambil tertawa. Papap lalu membereskan rumah dan menggelar karpet, karena hari ini rencananya akan di adakan khatam Al-Qur’an dan buka bersama denga n ustad beserta keluarganya di rumah. Setelah itu papap mandi dan pamit ke masjid untuk  sholat jum’at.
Aku menghabiskan waktu dengan membuat kue sampai agak sore, lalu aku mandi dan berganti pakaian dengan hijab. Semua berlalu begitu saja, semua tampak normal. Aku bahkan sempat bercanda dengan papap saat papap menggelar karpet. Lalu aku diminta mama untuk membungkus coklat di plastik kecil-kecil untuk camilan yang ikut khatam Al-Qur’an di rumah.  Lalu Tia datang ke rumah, aku minta Tia membantu membungkus coklat. Setelah beres aku minta Tia memfotokan aku yang (kebetulan) sedang mengenakan hijab. Mama melihat dan mengajak foto bersama dengan papap juga. Lalu kami foto bertiga. Kami difoto tiga kali, yang pertama dan kedua selalu gagal. Yang pertama mamanya merem, yang kedua papapnya lagi ngomong. Yang terakhir papap kalem sekali difotonya, kami semua tersadar setelah papap gak ada, baru sekali papap difoto dengan sangat kalem seperti itu.
Setelah khatam Al-Qur’an selesai, kami menyiapkan menu untuk berbuka puasa. Tak lama ustad beserta keluarganya datang lagi ke rumah, dan kami berbuka puasa bersama. Setelah selesai sholat maghrib, kami menyantap makanan, walaupun aku sedang tidak berpuasa, acara dilanjut sholat isya dan tarawih berjamaah. Aku yang sedang berhalangan hanya diam di kamar sambil mengasuh baby-nya ustad. Sampai sekitar pukul 10 malam kami mengobrol.. Aku tidak terlalu ingat karena waktu itu aku tidak terlalu memperhatikan obrolan, ternyata selama mengobrol papap membicarakan usia. Sebentar lagi papap pensiun lah, apa lah.. Memang kalau sudah tidak ada, baru kita akan menyadari setiap makna dari ucapannya.
Malam itu sekitar pukul 12 malam aku masih bangun, dan sedang twitteran dengan Nicky. Kami sedang bercanda.. “Parasut itu bahasa sundanya kalah, ya?”, kata Nicky. Aku bingung, mungkin maksudnya lasut. Tapi bukannya lasut itu gagal, ya? Aku bingung dan aku ke belakang. Papap memang lebih banyak menghabiskan waktu di belakang. Karena disana ada mushola papap, dari kecil aku dan keluarga selalu menyebutnya “Assalamualaikum”. Mungkin agar terbiasa setiap masuk mengucapkan salam. Dan biasanya juga papap mencuci baju dari jam 8 dan beres jam 2 subuh baru papap tidur. Mungkin karena papap insomnia, atau karena sudah kebiasaan, entahlah. Aku menghampiri papap dan bertanya,
“Pap, bahasa sundanya ‘kalah’ apa?”
Papap menjawab, “Eleh, atuh..”
Aku bertanya lagi, “Kalau ‘lasut’, bisa? Bukannya itu artinya ‘lepas’?”
“Bisa juga, sih..” dan blablabla… Karena aku merasa jawaban tadi sudah cukup, lalu aku bilang
“Oh, iya iya.” Sambil seraya kembali ke kamar. Padahal papap sepertinya masih hendak menjelaskan.
Dan itu lah last conversation aku sama papap. Anak macam apa aku.. disaat-saat terakhir cuma bisa bertanya seperti itu….
Kalau gak salah sekitar pukul 2 aku masih bangun, online. Lampu kamar masih kubiarkan menyala. Papap seperti biasa kalau mencucinya sudah beres, pasti ke kamar aku untuk menyalakan hit elektrik. Sejak saat dulu aku terkena demam berdarah dua kali, papap khawatir sekali aku kena db lagi sehingga di rumah selalu sedia hit elektrik. Kalau dulu sebelum ada elektrik papap selalu sedia baygon bakar, tapi karena asapnya membuat asmaku kambuh, papap gak pernah pakai itu lagi. Bahkan dulu papap pernah membuatkan kelambu yang di tempel di atas kasur. Teman-temanku suka meledek aku kayak ayam dikurungin, ada juga yang menakut-nakuti aku seperti Suzana di film terakhirnya karena ada scene Suzana sedang duduk di kasur yang berkelambu. Setelah beberapa tahun aku pun berani mencopot kelambu tanpa izin dulu sama papap, dengan alasan mau renovasi kamar. Padahal aku sudah bosan juga tidur dibawah kelambu. Mungkin papap sedih ya waktu itu, karena papap membuatnya sendiri sewaktu papap libur kerja. Dari pagi sampai sore baru selesai. Dan aku mencopot kelambu itu dengan santainya. Jahat sekali aku.
Banyak. Banyak sekali yang aku sesali. Beberapa tahun terakhir teteh memang menitipkan papap padaku, katanya papap kan udah tua, jangan sering dibiarkan kecapean. Aku cuma kadang-kadang saja membantu mencuci pakaian dan juga piring, apalagi menyapu dan mengepel. Aku merasa sudah cukup sibuk dan cape dengan kuliah dan kegiatanku sehari-hari. Padahal ya kerjaanku hanya itu-itu saja, pasti lebih berat kerjaan papap dan mama. Aku menyesal karena di minggu-minggu terakhir aku malah sering sekali bertengkar dengan papap. Karena aku mengikuti egoku. Aku ingin dibebaskan dan akan selalu membangkang sampai hal itu terjadi.

Aku memang sudah memiliki feeling akan ini. Aku selalu gelisah setiap melihat mobil ambulans, aku selalu memperhatikan saat akan membangunkan papap dan mama, apakah masih bernafas atau tidak, kalau papap dan mama belum pulang di jam-jam biasanya selalu aku sms dengan nada khawatir, kalau papap dinas malam selalu aku sms, aku ingatkan untuk makan dan jangan tidur terlalu malam.
Papap selalu terlihat berat saat melepas aku kuliah. Kalau aku masuk pagi, aku selalu bareng papap naik motor, dan aku pasti minta diturunkan di Istana Plaza agar papap tidak terlambat. Dari IP aku naik angkot. Setiap kali aku bilang,
“Papap duluan aja, nanti telat. Bentar lagi juga angkotnya dateng.”
Papap selalu saja malah mematikan mesin motor, menstandarkannya, dan selalu bertanya,
“Ongkosnya cukup? Ada receh ga buat di angkotnya?”
Dan sebelum aku jawab pun papap sudah mengambil recehan untuk aku bayarkan di angkot.
Setelah angkot datang, aku masuk, melambaikan tangan, dan entah hanya perasaan aku atau memang begitu, aku rasa wajah papap selalu terlihat sedih.

Hari kejadian.
Malam saat aku masih bangun dan tweeting, papap ke kamarku, menyalakan hit, dan bilang,
“Tidur, udah malem.”
Aku cuma jawab, “Iya, nanti.”, sambil tetap asik dengan handphone.
Tapi aku sempat saling bertatap dengan papap, papap melihatku dengan cara yang berbeda, tidak seperti biasanya. Aku sempat bertanya-tanya dalam hati, kenapa, ada apa, tapi setelah itu papap tidak mengucapkan apa pun dan pergi ke tempat tidurnya.
Aku pun ketiduran. Aku terbangun mungkin sekitar pukul 2 subuh, aku merasa kesulitan untuk tidur kembali. Dan aku tiba-tiba teringat, kalau dulu aku gak bisa tidur pasti di usap-usap kepalanya sama papap sambil dibacakan doa dan sholawat. Aku pasti langsung tertidur. Aku sudah mau ke kamar papap dan mama untuk meminta di usap-usap, tapi aku pikir, masa aku mengganggu tidur papap. Aku mengurungkan niatku dan mencoba tidur kembali. Sebelum tertidur aku mendengar papap ngelindur. Seperti sedang berbicara dengan seseorang, tapi aku tak ambil pusing karena papap memang sering ngelindur, dan disebelah papap kan ada mama. Kalau ada apa-apa pasti mama tersadar.
Sekitar pukul setengah 4 pagi aku terbangun lagi. Aku ingat obrolanku dengan Tia semalam, aku bilang walaupun aku sedang tidak berpuasa, aku akan bangun saat sahur untuk ikut main #mynameis. Tapi entah kenapa aku tiba-tiba mengantuk lagi, aku pun memutuskan untuk kembali tidur. Samar-samar aku mendengar suara sendok yang bersentuhan dengan piring, papap dan mama sedang sahur. Tak lama aku tidak lagi mendengar dan mengingat apapun. Aku tertidur lagi.
Entah hanya imajinasiku, atau aku memang bermimpi. Kepalaku di usap-usap oleh papap sambil dibacakan doa dan sholawat seperti dulu lagi. Aku merasa tenang dan aku tidak ingat apa-apa lagi. Mungkin aku tertidur lelap saat itu.
Sampai akhirnya aku terkaget-kaget sekitar pukul setengah 6 pagi. Mama teriak-teriak memanggil namaku dengan nada yang penuh kecemasan dan hampir menangis. Aku serentak lompat dari kasur dan menuju sumber suara, kamar mereka. Aku mulai tersadar, aku jelas sekali melihat papap yang sedang tertidur dan mengerang seperti kesakitan. Tapi tetap dengan posisi tertidurnya yang seperti biasa. Mama berteriak-teriak panik sambil menuntun papap mengucapkan Allah.. Allah..
Aku seketika membatu dan merasa 15 tahun lebih muda, aku merasa seperti anak kecil yang tidak tahu harus berbuat apa. Kakiku lemas. Badanku merinding. Pikiranku kosong. Aku lompat ke kasur sambil memegang tangan papap. Aku takut. Aku meminta maaf pada papap, dan meminta papap untuk jangan meninggalkan aku. Lalu aku melihat papap menangis. Iya, papap menangis. Seumur hidup hanya dua kali aku melihat papap menangis. Saat tetehku menikah dan saat itu. Aku mendengar detak jantungnya masih ada, badannya masih hangat, tapi papap masih magap-magap. Mungkin kesulitan bernapas. Mama menyuruhku memanggil tetangga. Aku seketika lari ke rumah tetangga, tidak peduli aku pakai sendal yang mana, pagar pun aku biarkan terbuka, aku panik. Sambil berlari aku berjanji pada Allah, jika papap disehatkan aku berjanji akan selalu nurut sama papap, ga akan membangkang lagi, aku akan jadi daddy’s little girl yang baik. Aku berjanji. Saat aku sampai di rumah, mama sedang panik menelfon saudara dan tetangga yang dekat dari rumah. Tak lama mereka berdatangan. Aku dan mama yang masih optimis menyiapkan segala perlengkapan untuk pergi ke rumah sakit, mama menyuruhku mencarikan tas papap. Karena disitu pasti tempat KTP, ATM, dan uang cash. Aku tidak sadar kenapa tas papap begitu mudahnya aku temukan, biasanya disimpan di Assalamualaikum, tapi waktu itu ada di atas meja di depan Assalamualaikum. Aku sempat melongok ke dalam tas untuk mengecek KTP dsb, aku melihat segepok uang. Padahal setiap kali aku meminta uang, papap seringkali bilang gak ada uang. Tapi aku tidak memikirkan hal itu terlalu jauh. Aku berikan tasnya pada mama. Aku lemas dan hanya bisa duduk di kamarku sendiri sambil berdoa.
Entah kenapa tapi aku memang sudah merasa bahwa hal ini akan terjadi dalam waktu dekat. Aku selalu berpikir aku harus siap, karena kematian akan menghampiri semua jiwa yang hidup. Tapi aku tidak menyangka akan datang secepat ini.. Uwa yang semalam ikut buka bersama di rumah pun tiba, kebetulan beliau seorang mantri, jadi mengerti hal seperti ini. Beliau mengecek keadaan papap dan mengatakan kalau papap.. pingsan. Aku dan mama otomatis merasa lega, tapi aku setengah percaya. Karena wajah uwa tidak menunjukkan ekspresi ketenangan.
Tak lama ustad yang semalam pun datang, bersama ayahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena aku diam di kamarku bersama beberapa ibu-ibu pengajian. Yang aku dengar, ustad memegang nadi di leher papap, dan ayahnya memegang nadi di kaki papap. Ustad bertanya pada ayahnya,
“Yah, masih ada?”
“Masih, nak.”, jawab ayahnya.
Lalu ustad berbisik pada papap, “Bapak Lucky, kalau bapak mau pergi, silakan. Kami ikhlas.”
Dan ustad bertanya lagi kepada ayahnya, “Yah, masih ada?”
“Sudah tidak ada, nak.”
Aku keluar kamar. Aku melihat ibu-ibu sedang menggelar karpet. Aku berfikir, untuk apa karpet digelar? Lalu aku bertanya. Padahal aku tahu itu adalah pertanyaan retoris.
“Kenapa karpetnya digelar?! Kenapa?!”
Ibu-ibu menjawab sambil  lirih.. “Biar lega, ya, de. Biar ga hareudang.”
Aku tahu mereka berbohong.
Aku ingin menerobos masuk ke kamar papap, tapi Tante Sumi mengahalangiku dan memelukku. Seketika aku jatuh, kakiku lemas, pandanganku kosong. Aku cuma bisa berteriak,
“Bohong… bohong….”
Aku tahu mereka menggelar karpet bukan supaya lebih lega. Aku tahu kenapa. Tapi aku tetap belum bisa menerima kenyataannya..
Dan aku mendengar mama berteriak sambil menangis.. “Papap udah gak ada?!”
Aku gak akan pernah bisa lupa suara itu. Suara kesedihan mama.
Mama meracau, “Papap kan belum umrah.. tahun depan baru mau.. kan mau umrah bareng anak-anak.. belum haji..”
Aku tidak sanggup menatap mama, aku ditarik Nicky ke kamar. Aku menangis. Aku cuma bisa menangis. Menyesali. Merindukan. Memaafkan. Dan mengikhlaskan.

Ketika aku memeriksa 'Assalamualaikum', aku menemukan print-an atm. Dan aku seketika menangis kembali ketika melihat tanggal dan jumlah penarikan. Tanggal penarikan tepat sehari sebelum papap meninggal, dan jumlahnya seluruh isi tabungan papap. Berarti uang yang ada di dompet itu uang dari atm papap.. Ini lah feeling orang yang akan meninggal, ya..

Beruntunglah kalian yang masih memiliki orang tua lengkap. Jaga. Perhatikan. Sopanlah. Nurut. Berbakti. Sayangi. Jangan sampai menyesal seperti aku.
Aku selalu mencoba tetap ceria seperti biasanya. Untuk mengalihkan pikiranku, aku menganggap papap sedang dinas malam, atau sedang wisata bersama kantornya. Aku selalu berpikir bahwa setiap malam papap selalu tidur di kamarnya, dan setiap jam sholat selalu ada di Assalamualaikum. Sikat gigi papap di kamar mandi tak pernah kubuang kubiarkan saja agar aku selalu merasa kalau papap masih menggunakan kamar mandi itu. Aku selalu merasa tenang di rumah karena aku berpikir papap masih disini. Papap ada disini. Menjaga kami, memperhatikan kami. Setiap kali aku tak bisa tidur karena resah, aku takut akan suara-suara, aku baca doa, atau surat-surat pendek. Aku berdoa pada Allah dan aku berpikir bahwa papap selalu ada menjaga kami, aku kembali tenang. Aku membohongi diriku sendiri dengan menganggap papap masih ada. Itu kulakukan agar aku tidak menangis setiap hari. Walaupun saat tersadar dari kebohonganku sendiri, aku akan menangis cukup lama.
Aku kangen papap.
Maaf selama ini aku selalu merepotkan papap.
Membuat papap kesal dan kecewa.
Sering membangkang saat papap melarangku untuk main.
Aku kadang berbohong agar bisa pulang agak malam.
Aku selalu membuat papap menunggu untuk menjemputku, sejak SMK sampai aku kuliah.
Papap tak pernah marah walau menungguku selama 4 jam di sekolah..
Aku kangen papap.
Yang tak peduli dengan topi “bertani”nya saat mengendarai motor.
Yang selalu membahas kacamata hitam kesayangannya yang aku hilangkan saat SMP.
Yang terkadang mengeluh saat melihat makanan, daging lagi daging lagi. Mungkin papap sudah gak enak makan ya.. atau sudah kesulitan untuk mengunyah. Mama sering kali membuat daging. Papap pernah bilang, “Udah umur segini harusnya makan sayur.”
Maaf ade belum jago masak aneka sayur yang papap mau.
Maaf ade kadang suka males nyiapin papap minum kalau papap pulang kerja.
Maaf ade kadang ga ngedengerin jokes papap karena garing.
Maaf ade tiap beliin kado belum pernah barang yang mahal.
Maaf ade selalu memaksakan kehendak ade.
Maaf ade egois.
Masih banyak maaf-maaf lainnya, pap.. Papap mau kan maafin ade?:’(
Salam kangen, dari ade, mama, dan teteh. We love you, forever. Thanks for everything.

our last photo shoot, 26th July 2013



Jumat, 21 Juni 2013

Tanda Tanya

     Aku adalah gadis menjelang usia 19 tahun yang masih tidak diperbolehkan keluar malam oleh orang tua. Helloooo, 2013 gituloh. Aku sering banget kesel sama papa mama tentang ini.
     Aku mulai merasakan apa itu bergaul, hang out, sama temen-temen waktu SMP. Ya.. Namanya juga ABG, waktunya nyoba-nyoba hal baru, kan. Banyak yang terjadi waktu SMP, mulai dari batal puasa berjama'ah, nyobain mix max, karaoke, ngafe.. 
     Dari dulu aku di-ketemu-in sama temen-temen yang punya orang tua yang sangat pengertian (baca: memperbolehkan anaknya main sampai malam). Kalau aku sendiri setuju ya sama orang tua yang kayak gitu. Selama si anak gak melakukan hal negatif like.. Free sex, drugs, or else, gak ada salahnya, toh, namanya juga cuma bergaul sama temen-temen, cuma ngobrol, makan, gitu doang. Justru semakin orang tua menentang dan mengekang, si anak malah makin memberontak.
     Seharusnya orang tua aku bersyukur aku gak kayak gitu. Walau pun sering aku sengaja pulang agak telat dari batas waktu yang mereka berikan (jam 6 sore, maghrib coy, parah gak sih???), tetap saja kejadian papa marah-marah dan ngomong kemana aja sambil adegan Aria Wiguna hentak-hentak kaki terulang lagi, but I always don't give a fuck about it. I'm just go to my room, take off my accessories, change cloth, and my dad will start yelling after that. Yang gak aku suka adalah cara beliau marah. Omongannya tuh selalu kemanaaa aja, kayaknya gak pake hanura gitu. Padahal aku kan anaknya, bukan anak orang lain.
     Pernah kepikiran gak sih, kenapa orang tua selalu saja bilang durhaka, atau hal yang semacam itu. Kenapa orang tua selalu membawa-bawa dosa kepada orang tua, memangnya orang tua tidak bisa berdosa kepada anak? Aku yakin bisa, dan ada hukumnya juga tentang itu. Aku tau betul bahwa di agamaku menyebutkan bahwa "ridho Allah adalah ridho orang tua". Tapi entah kenapa aku selalu tidak bisa menerima hal itu. Aku sering bertanya, kenapa harus gitu sih? Kenapa gak kesepakatan antara anak dan orang tua aja biar adil? Aku juga sering dibuat bertanya-tanya dengan kalimat "kalau sudah menikah harus selalu nurut kepada suami". Aku juga tidak bisa menerima hal itu. Kalau kata temen aku, sih, aku belum nemu aja alasan yang 'klik' yang bisa bikin aku bilang, "Oh, iya!" untuk hal ini.
     Dia juga menceritakan.. Dulu waktu zaman nabi, entah nabi siapa aku lupa, diceritakan bahwa ada seorang wanita yang sudah menikah dan ia tinggal bersama suaminya, rumahnya berada jauh dengan rumah orang tuanya. Suatu ketika ibunya jatuh sakit dan sudah sekarat, si wanita tersebut ingin menjenguk dan merawat sang ibu tentunya, tapi saat itu suaminya sedang tidak ada di rumah dan dia tau sekali bahwa "tidak boleh keluar rumah tanpa seizin suami". Zaman dulu kan gak ada henfon ya, kebayang gak sih kayak gimana. Sampai akhirnya ibunya meninggal dan si wanita tak sempat bertemu ibunya untuk yang terakhir kalinya. Tak lama setelah itu, si wanita pun meninggal. Dan mereka berdua masuk surga. Kenapa? Si wanita masuk surga karena menuruti perintah suaminya, dan si ibu masuk surga karena berhasil mendidik anaknya untuk menuruti perintah suaminya.
     Memang berat, sih, ya kalau kelakuan kita ternyata masih terhubung pada orang tua kita. Tapi entah kenapa lagi dan lagi aku tetep gak bisa menerima hal ini. Papa selalu bilang aku orang yang tidak punya prinsip. Prisip seperti apa maksud papa? Aku punya, kok. Aku selalu melakukan hal yang menurut aku tidak salah. Apa yang salah dengan ketemu teman, ngobrol sampai malam? Apa salahnya??? Aku kan ngobrolnya gak sambil smoke weed, gak dosa kan? Dan setelah aku sampai rumah pun dibentak-bentak hampir 10 menit. Menghasilkan beberapa kali kata durhaka dan satu pintu yang roboh dari engselnya. Aku cuma bisa diam, habis kalau aku jawab pertanyaannya malah makin dibentak. Tapi diam juga masiiiih aja salah. Apa jadi anak itu memang menjadi gudangnya kesalahan? Apa setiap orang tua selalu berpikir bahwa dia paling benar, paling pintar, paling bersih, dan anak-anak mereka cuma anak ingusan yang gak tau apa-apa. 
     Pernah sekali aku kesal karena dikatain: "Memangnya kamu siapa mengajari saya, usia kamu bahkan jauh dengan saya. Kamu tidak lebih pintar dari saya. Kamu tidak pantas mengajari saya."
Aku gak pernah ada maksud untuk mengajari, aku cuma mau ngasih tau, ini loh, point of view aku. Ini loh cara aku memandang sesuatu. Aku sangat tidak bisa terima dan tidak menyangka bakal mendengar kalimat seperti itu. Memangnya usia adalah patokan dari segala hal? Menjadikan seseorang lebih pintar atau lebih tau tentang hidup? Ngga, kan..
     Bukankah ucapan adalah do'a, dan do'a orang tua itu sangat mujarab? Lalu ketika beliau berkata aku adalah anak durhaka yang tidak memiliki prinsip dan harga diri, bakal jadi seperti apa aku nanti?
Dan apa dengan menendang pintu dan semacamnya akan menyelesaikan segala masalah? Nggak, kan? Aku selalu ingin berbagi hal ini dengannya. Tapi aku yakin beliau tak akan mau dengar. Baginya aku cuma anak baru kemarin yang harusnya dikerangkeng di rumah, dijadiin pajangan.
     Yang aku kesal tuh, kalau liburan kuliah nih ya, bete dong di rumah terus. Bangun tidur, nonton tv, makan, nonton tv, online, nonton dvd, online, makan, mandi kadang-kadang, tidur lagi. Setiap orang juga punya batas jenuhnya masing-masing, kan. Sekalinya aku mau main keluar pasti ada embel-embel: "Main saja!", "Jangan sampai malam!", "Menghabiskan uang saja!".
Ya namanya juga anak usia 18 tahun, belum gawe, mau punya duit dari mana? Tiap mau kerja sambilan selalu dilarang, toh maksud aku biar meringankan mereka juga, kan? Suka gak paham sama pola pikir orang tua. Gak tau orang tua aku yang terlalu kolot pikirannya gak tau akunya yang terlalu modern.
     Papa selalu bilang sikap dan pikiran aku sama sekali tidak mencerminkan keluarga dan silsilah keluarganya yang terdahulu. Terus aku harus apa? Nurut dijadiin pajangan dirumah?
Tiap aku di rumah, kehidupan pun berlangsung sendiri-sendiri. Papap sibuk dengan kerjaannya, mama juga, dan kehidupan aku 60% berlangsung di kamar. Aku juga tidak pernah diajak vacation kemana gitu, ke pantai atau ke gunung misalnya pas hari libur. Gak pernah!!!! Aku selalu iri sama orang lain yang keluarganya bisa sarapan bareng di satu meja makan, bisa jalan-jalan, ada quality time with family, nah aku? Aku selalu dibiarkan sendiri. Mungkin mama kadang bertanya tentang kuliahku, temanku, dllnya. Tapi aku tetap merasa ada yang salah dengan pikiran-pikiran mereka, dengan kekangan mereka. Entah siapa yang salah. Entah kapan "kenapa?"-ku akan terjawab. 

Minggu, 19 Mei 2013

Review Novel "L" -nya Kristy Nelwan

Pertama baca novel ini sekitar pertengahan 2011, dikasih pinjam sama teman sekolahku (Nurul Imam) dengan alasan... ceritanya menarik dan tokoh utamanya agak mirip dengan aku. Walaupun kalau menurut penjabaran mbak Kristy Nelwan, sih, Ava Torino a.k.a tokoh utama di novel itu tinggi 170an, cantik, alcoholic, sangat-sangat tidak percaya cinta pada awalnya tapi berubah di akhir cerita.. So different with me, tapi aku merasa sifat dan kelakuan Ava ada yang mirip juga denganku. Pertama baca sinopsisnya...

     "Ava Torino, twenty something girlyang bekerja sebagai produser di sebuah stasiun televisi lokal di Bandung, agak berbeda dengan perempuan pada umumnya. Ava not really into romantic or love things. Ia menganggap pacaran adalah sesuatu yang seharusnya fun. Dan, biar semakin fun, ia nekat meneruskan ide gilanya semasa kuliah dulu: berganti-ganti pacar, sampai ke-26 alfabet tergenapi sebagai huruf awal nama-nama sang pacar.
     Dengan ke-adventurous-annya, tidak sulit bagi Ava untuk memenuhi rencana gilanya itu. Namun, tanpa disangka, cowok yang paling sulit ditemukan justru yang namanya berawal hufur L. Maka, cara berpikirnya yang logis memutuskan, siapa pun dia, si L akan menjadi Last Love-nya.
     Sayang, Ava tidak menyadari betapa rahasia semesta ini terlalu besar untuk ditaklukkan oleh logika berpikirnya.... hingga terjadilah peristiwa itu...."

...aku langsung penasaran. Ini ceritanya bakal gimana, ya? Ending-nya gimana, nih.. Intip dulu jangan ya, halaman terakhirnya.. Eh, jangan deh, ntar gak seru.
Pikiran-pikiran seperti itu melintas di benakku. Pada akhirnya aku tak tega mengintip halaman terakhir dan mengikuti ceritanya dari awal sampai akhir.

Ketawa, serius, senyum-senyum sendiri pada bagian awal-tengah. Namun semua tawa tadi berganti dengan.. Air mata. Aku nangis beberapa kali di beberapa bab terakhir. Benar-benar menyentuh. Apalagi ending-nya yang.. unpredictable banget. Aku sampai sekarang suka kesel sendiri. Kenapa Ava dan Rei gak nikah aja sih???


Ini cover novel L waktu aku pertama baca.. Tapi seingatku dulu warnanya hijau...?

Dan yang ini L milikku yang aku post ke instagram.



Baru aja tadi aku beres baca L untuk kedua kalinya. Setelah aku beres baca L pertama kalinya waktu 2011 lalu, aku cari novel ini sampai keliling toko buku di Bandung, tapi hasilnya nihil. Semua udah gak punya stok novel ini. Aku cuma bisa kecewa, kecewa, dan kecewa. Dan berharap novel ini dicetak lagi.

Dua tahun lamanya, selama itu aku cuma bisa mengingat-ingat part-part yang masih aku ingat dari novel ini. Inti ceritanya sih, aku ingat. Karena aku punya penyakit ijp (ingatan jangka pendek) akut, ada beberapa part yang aku sempet lupa, dan sekarang sudah aku ingat lagi berhubung aku baru banget beres baca L beberapa menit yang lalu. Aku jadi ingat lagi kenapa aku jatuh cinta banget sama novel ini. Kalau boleh lebay sih, this novel really change my life, change my point of view to life, to love..
And here I am, crying all over again!

Keisengan Ava mengoleksi mantan sesuai abjad memang gak aku lakuin--mungkin kalau aku baca ini waktu aku belum pernah pacaran dan terlanjur memiliki mantan yang huruf depannya sama beberapa kali akan aku lakuin--tapi cara Ava memandang pacaran itu seharusnya fun, it's really me. Dan masih banyak lagi hal-hal yang aku merasa kalau Ava tuh 'aku banget'. Sejak pertama pacaran waktu SMP, aku sudah mempunyai mantan sejumlah dengan usiaku sekarang. Dan ada beberapa yang merupakan hasil dari, hmm, selingkuh. Tapi setelah membaca novel ini, aku bersumpah pada diriku sendiri (cie) aku gak akan selingkuh lagi. Lebih baik putus dulu baru jadian sama orang lain daripada mendua, mentiga, apalagi mentimun.. Eh, beda, ya?

Aku berubah jadi manusia yang lebih menghargai suatu hubungan. Aku sekarang jijik banget sama orang yang suka selingkuh. Ngapain sih? Kurang kerjaan banget. Biar apa sih selingkuh? Biar dibilang laku, banyak yang suka? Atau mencari kebahagiaan lain? Ah itu mah cuma pembenaran. Nyari kebahagiaan tapi kok nyakitin orang lain sih, pikirin pacar sendiri tuh perasaannya bakal gimana kalau tahu kamu selingkuh. Ada beberapa faktor juga yang bikin aku jijik. Aku jijik sama diri aku sendiri yang dulu pernah 'berkhianat' sama orang yang sayang sama aku, kenapa dulu aku jahat banget.. Juga karena orang terdekat aku, yang selama ini selalu tampak cool dan berwibawa, seseorang yang sangat aku hormati, tapi semua anggapan aku lenyap setelah aku tahu dia... berkhianat.
Yang bisa bikin aku sampai pada pemikiran ini ada faktor dorongan dari luar juga sih, ini adalah kutipan dari beberapa teman aku:

"Aku tahu kamu orangnya cuek banget. Kamu gak peduli omongan orang lain tentang kamu. Bagus kamu cuek, jadi kamu gak banyak pikiran dan gak pernah stres. Tapi kamu gak boleh terlalu cuek dan melakukan segala sesuatu dengan kehendak kamu, karena kamu hidup di dunia ini gak sendiri. Orang-orang lihat kamu dan men-judge kamu. Ya begitulah kehidupan." - Kurnia Mutiara Sari

"Kamu gak punya pendirian, ya, Syur." - Raden Jays Maulana Mukmin

"Jadi cewek tuh harus tahan harga, wajib jual mahal, harus punya prinsip. Jangan pacaran itu karena suka terus jadian, tapi harus selektif." - Putri Nurul Arasyani

Feel so FTV when I read the last part of L, my phone suddenly played Sammy Simorangkir - Kesedihanku. Cocooook banget sama yang Ava rasain di bab-bab terakhir novel ini. Lagu mas Sammy yang selama ada di memori hape selalu aku skip sekarang aku putar beberapa kali. Kebetulan yang menyenangkan. Ada yang suka merasakan kebetulan yang menyenangkan juga gak, ya, kayak aku..?
Misalnya tadi, layar hapeku menunjukkan sedang memutar lagu Maliq n d'Essentials - Jatuh Cinta dan tiba-tiba ada sms masuk dari sangke, alias sang kekasih:"> dari awal aku mendengarkan lagu ini memang cocok sekali dengan feel aku saat itu, lagu ini memang aku dedikasikan buat dia. Agak getek sih, nulis ini. Tapi gak apa-apa, toh dia gak akan baca juga:))

Novel L adalah titik balik dimana aku mulai mencintai novel melebihi komik, yang notabene adalah bacaan wajib aku sejak kelas satu SD. Koleksi komik aku udah berkali-kali lipat jumlahnya dari tumpukan buku pelajaran semasa sekolah dulu. Aku sempet bermimpi, someday aku ingin jadi komikus. Tapi sadar akan talenta dalam menggambar dan mewarnai yang sangat buruk, aku mengurungkan niatku. Dan setelah L ini lah, aku mulai berpikir, apa aku jadi penulis aja? Seperti mbak KNel yang menulis dan berbagi 'perasaan ini' sama aku, yang bisa ngerubah hidup dan pola pikir orang lain, yang ngerubah cara orang menjalani hidup, yang bisa bikin orang lain nangis dan ketawa..

Aku rasa menulis tidak butuh talenta khusus seperti bisa menggambar, bisa akting, ataupun bisa menyanyi. Aku orang yang sangat menyukai kebebasan tapi masih dalam batas wajar. Dan buat aku, menulis adalah salah satu caranya. Misalnya kita bebas menulis apa pun yang kita inginkan di blog, tapi tetap ada batas kewajarannya, kan? Gak boleh ada unsur-unsur yang mampu membuat perang dunia ke-3, misalnya.

Untuk sekarang ini aku sudah punya drafts calon novel-novel aku kelak, tapi baru satu cerita yang selesai dan itu pun masih kurang dari 100 halaman. Aku masih harus banyak belajar. Jika ingin menulis, kita harus banyak membaca. Dan itulah cara aku belajar. Cheers, SKN. :)

Selasa, 14 Mei 2013

Syarat Agar Disebut Cantik

     Ini sebenarnya semacam curhat, pengalaman pribadi. Tempo hari aku ikut acara pemilihan gitu lah di kota tempat aku tinggal, pertama dilakukan tes tulis dan wawancara. Di hari itu juga pengumumannya, dan aku gak lolos. Aku sadar sih aku memang 'kurang' makanya gak lolos, tapi karena gak dikasih tahu kurangnya ada dimana, walaupun aku ikut ini cuma 'gosok-gosok berhadiah', aku jadi kepikiran juga.. Kira-kira yang kurang apanya, ya?

BRAIN


Wawasan Luas
Otak itu penting. Penting banget malah. Aku sadar aku memang belum banyak mengetahui tentang kota ini, walaupun sejak 18 tahun yang lalu udah tinggal disini, keluarga aku bukan tipe explorer jadi aku memang jarang jalan-jalan kecuali sama teman-teman. Aku gak tahu banyak tentang pariwisata, batik, dan apapun yang berbau tradisional dari kota ini, dari provinsi ini, dan luasnya, dari Indonesia.

Bahasa
Disini dituntut untuk menguasai minimal tiga bahasa, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Daerah. Untuk Bahasa Indonesia aku rasa gak ada masalah untuk wawancara, masalah datang pada dua bahasa lainnya. Walaupun saat ini aku sedang berkuliah di jurusan Sastra Inggris, aku belum merasa sudah fasih berbahasa Inggris layaknya native speaker. Apalagi bahasa Sunda, sebetulnya aku menyelipkan bahasa Sunda di percakapanku sehari-hari, walaupun gak sepenuhnya tapi aku tetap menggunakannya. Ternyata kalimat bahasa Sunda-ku sehari-hari salah total. Susunannya, cara bacanya, kalau guru bahasa Sunda aku semasa SD, SMP, dan SMK tahu, bisa ngambek nih kayaknya. Aku benar-benar kesulitan saat dites bahasa Sunda. Aku udah yakin aku gagal total disini.

Bakat
Waktu mau nulis kolom "Prestasi : .........." aja aku sampe gak jadi dan nyimpen berkas formulirnya dua hari. Bakat aku apa? Sampe muter otak berapa kali tetep gak ketemu jawabannya. Mungkin inilah kenapa semasa sekolah dulu aku sering mendengar "WAJIB MENGIKUTI EKSKUL, JIKA TIDAK MAKA SISWA TAK AKAN NAIK KELAS". Aku yang sedari kecil sangat tidak mempercayai mitos, atau apapun yang terdengar 'lucu' gak akan pernah aku lakuin. Malah semacam ingin nantangin, bener gak nih, bakal gak naik kelas?
     Kayak waktu SD aku inget banget ada salah satu temen aku bilang harus nyudah tiga kali kalo liat kadal, ntar anaknya kayak kadal. Gak boleh nyiumin pulpen harum yang ada gantungannya soalnya berisi narkoba (yakaleee, pusat rehabilitasi penuh sama anak SD. Emang tuh pulpen gak dites dulu sebelum menuju ke pasar), kalau pensil udah lebih pendek dari kelingking harus dibuang soalnya ntar ibu kamu mati (kamu kira nyawa ibu aku bisa diukur dari pensil yang dibeli di warung?), pabanyak-banyak cerita ketemu hantu (biar disangka anak indigo mereun), gak boleh nyanyi lagu aserehe plus joged-jogednya, soalnya lagu manggil cetan (uuu dukun kaliyaaa). Daaan masih banyak lagi. Aku cuma ketawa renyah aja ngedenger temen ngomong gitu.
     Kenapa aku bisa sampai titik gak bisa percaya mitos dari SD--yang kalau aku pikir sih masih kecil banget dulu tuh--karena sahabat aku dari TK punya pemikiran yang sama dengan aku. Aku percaya lingkungan bisa merubah seseorang, dan aku bersyukur aku diketemuin sama dia di lingkungan aku. Kami akhir-akhir ini suka bertukar pandangan tentang sesuatu, kami bisa bercerita atau pun berdebat sampai larut malam membahas berbagai macam hal. Ada beberapa pemikirian dia yang berhasil merubah kehidupan aku, dan sisanya sih aku dan dia ternyata memang sudah satu pikiran.
     Walau pun sempet ada beberapa mitos yang sempet mau aku percaya tapi seiring bertambahnya usia, aku sulit untuk percaya mitos sekarang. Sekalinya tergoda untuk percaya aku selalu berpikir rasional dan aku selalu ingat aku punya Al-Qur'an, dan punya teman untuk di-share dan diminta pendapatnya. Tapi ada dua hal yang entah masuk kategori mitos atau apa, aku percaya kekuatan sompral dan aku percaya what you give is what you deserve. Makanya aku selalu menyesal setiap kali aku bercanda kelewatan sehingga menjadi sompral, dan berusaha tidak mengulanginya lagi. Aku juga selalu berusaha menjadi pribadi yang menyenangkan untuk semua orang, walau pun adalah hal yang tidak memunginkan untuk bisa menyenanangkan semua orang.. At least I tried.
     Balik lagi ke topik, mungkin kurikulum sekolah memang sudah menyusunnya sedemikian rupa untuk masa depan siswa siswinya, makanya diwajibkan ikut ekskul. Siswa siswinya aja yang bandel, males ikut atau sok sibuk gitu kayak aku. Sekarang kerasa, beneran deh kerasaaaa banget. Ternyata berorganisasi itu kebutuhan. Walaupun aku gak suka karena terlalu terikat, senioritas, terlalu formal, it's boring for me. Tapi, ya, suatu saat kamu pasti bakal butuh, jadi buat anak-anak SMA atau sederajat yang mungkin baca ini, mending ikut ekskul, gih, terus bikin prestasi yang banyak kalaupun gak ikut ekskul di sekolah bikin ditempat lain. Asli harus punya prestasi banget buat kehidupan kedepannya. Nyesel aku juga waktu SMK cuma ikut teater itu juga ga pernah juara satu:( basket gak bener, jadinya malah ngemenejerin aja. Gak punya prestasi banget, kan.

BEAUTY


Tinggi
Selalu. Tinggi. Bikin. Nyesek.
Tinggi badan aku rasa adalah faktor utama, di formulir memang tercantum tinggi minimal 160cm. Tapi aku pikir, "Ah, gak ada salahnya dicoba.", dan setelahnya aku berpikir, "Salah, nih, dicoba.". Aku jadi berpikir, apa 'cantik' itu harus tinggi? Harus banget???

Cantik
Aku sering denger kalau cantik itu relatif. Tapi relatifnya orang-orang kok kayaknya menjurus ke cewek yang tinggi, putih, mancung, kalau bisa sih peranakan. Padahal kalau masalah cantik, kan, sedikasih-Nya aja, ya gak? No need and can't be change. Kenapa aku ngomong gini? Perhatiin aja artis-artis, kebanyakan mukanya indo, yang mukanya pribumi rata-rata karena orang tuanya udah duluan jadi artis kondang atau karena dari kecilnya udah jadi artis, rata-rata yang mukanya pribumi jadi pelawak, penyanyi, jarang banget yang jadi tokoh utama di film atau sinetron.

Amazing Skin
Kulit juga sama pemberian dari Tuhan, kita cuma bisa mempercantik dengan merawatnya, gak bisa menggantinya. Jadi, ya, seadanya aja. Kalau mau mulus banget mah ampelas aja:(

Brain udah, beauty udah, tinggal BEHAVIOR..

Attitude
One doesn't simply is.... act like lady. Aku dasarnya tomboy, semenjak SMK baru mulai belajar centil tapi kayaknya malah centil itu yang melekat di diri aku sampe sekarang. Banyak yang bilang aku centil banget. Ya, tiap orang boleh berpendapat. Gimana cara kamu duduk, cara kamu bicara, cara kamu bergerak.. Aaaa that makes me crazyyyyy. So manner, capek, pegel.

Aku gak marah atau pun kecewa. Aku selalu berpikir kalau aku gak berhasil melakukan sesuatu mungkin ini bukan jalan aku, mungkin memang begini lah yang Allah swt. kehendaki. Percuma aku daftar lagi di tahun berikutnya untuk gagal karena alasan yang sama (tinggi badan). Ini cuma berbagi pengalaman aja. See ya on my next article, cheers, SKN.

Kamis, 18 April 2013

Menemukan Watak Manusia Melalui Eneagram

Hai hai halo, aku mau re-post gimana caranya kamu menemukan sifat teman, keluarga, pacar, gebetan, selingkuhan, dosen, senior, junior, tetangga, tukang tahu yang suka lewat depan rumah, atau pun sifat kamu sendiri yang belum kamu sadari. Aku dapet ini waktu aku bimbel di Tridaya Pajajaran (waktu masih SMP).

     Eneagram berasal dari bahasa Yunani, ennea yang berarti sembilan. Eneagram adalah penjabaran sembilan tipe energi alam, yang masing-masing tipe menyimpan watak dan karakter. Sembilan tipe tersebut membedakan cara orang dalam menentukan pilihan, bertingkah laku, menumbuh kembangkan sifat-sifat dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Eneagram sudah dikenal dalam peradaban Asia Tengah sekitar tahun 2500 SM. Eneagram masuk ke Indonesia sekitar tahun 1975 dan beredar di kalangan terbatas.

     Dalam eneagram watak manusia dibagi menjadi sembilan: The Perfectionist, The Helper, The Achiever, The Romantic, The Observer, The Questioner, The Adventurer, The Asserter, dan The Peacemaker.

     Agak mengingatkan aku dengan Seven Deadly Sins yang kita ketahui isinya adalah Wrath, Greed, Sloth, Pride, Lust, Envy, dan Gluttony. Lebih banyak tentang ini searching aja sendiri, ya. Gak akan aku bahas disini soalnya beda topik.

     Ada 14 pertanyaan yang terdiri dari tujuh pertanyaan untuk menguji kepribadian mengenai pemecahan masalah dan tujuh pertanyaan untuk menguji sikap dan cara menghadapi kehidupan. (Usahakan jangan dulu melihat hasilnya dan jangan isi asal-asalan, ya).

I. Cara Memecahkan Masalah

1. Apa yang paling Anda inginkan dari orang lain?
    A. hormat dan kepatuhan
    B. kasih sayang dan penerimaan
    W. jarak dan privasi

2. Mana yang terbaik bagi Anda?
    A. memimpin orang lain
    D. ditolong dan dilindungi
    W. bertindak menurut cara saya sendiri

3. Mana yang Anda anggap paling penting?
    A. orang lain bertindak sesuai keinginan saya
    D. berbuat sesuai harapan orang lain
    W. menuruti kehendak saya sendiri

4. Apa yang Anda harapkan bila bertemu orang baru?
    A. berguna bagi saya
    D. semoga menyukai saya
    W. tidak akan mengganggu atau mencampuri urusan saya

5. Sifat mana yang tidak Anda sukai?
    A. cengeng
    D. intelektual
    W. agresif dan lugas

6. Apabila ada orang yang mengganggu, apa yang Anda lakukan?
    A. pamer kekuatan sehingga ia jadi takut
    D. berusaha menjadikan ia teman agar tidak mengganggu
    W. menghindar

7. Apa yang paling menjadi perhatian dalam hidup Anda?
    A. cita-cita dan karier
    D. membina hubungan dengan orang lain
    W. menjaga kehidupan pribadi

II. Cara Memandang Kehidupan

1. Pilih yang cocok dengan sikap Anda dalam menjalani hidup:
    S. saya berani menghadapi hidup
    M. saya bisa menyesuaikan diri
    R. hidup ini terkadang menakutkan

2. Bagaimana cara Anda membuat suatu keputusan?
    S. saya lakukan sendiri
    M. terlebih dahulu menundanya dengan orang lain
    R. sering kali orang lain yang memutuskan

3. Bagaimana cara mengontrol perasaan Anda?
    S. menghadapi hidup dengan tegar
    M. menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup
    R. ikut arus kehidupan

4. Mana yang terpenting bagi Anda?
    S. menguasai persoalan menurut cara saya
    M. menyesuaikan kebutuhan pribadi dengan kebutuhan orang lain
    R. menjaga segala sesuatu agar tetap terkendali

5. Kehidupan Anda akan lebih bila ....
    S. tantangan mudah diatasi
    M. segala sesuatu dikompromi
    R. komplikasi yang muncul hanya sedikit

6. Bila muncul masalah baru ....
    S. biasanya sanggup mengatasinya
    M. melakukan kompromi dan menyesuaikan
    R. sering kali kewalahan

7. Ketika Anda merenungkan kembali tindakan yang sudah dilakukan, gagasan apa yang sering muncul?
    S. sebenarnya, saya mampu melakukannya dengan mudah, tetapi ternyata usaha saya berlebihan
    M. sering terpaksa kompromi meski sebenarnya tidak perlu
    R. ternyata masalahnya tidak sesulit yang saya duga

Nah, sekarang waktunya otak kiri kamu bekerja. Silakan hitung jumlah jawaban kamu sesuai dengan pilihan huruf. Jika sudah, cocokkan dengan score yang kamu dapet!



*jika jawaban bagian I yang terbanyak adalah A, dan jawaban bagian II yang terbanyak adalah S, maka score kamu = 8

Score 1, The Perfectionist
Keberadaannya didorong oleh kebutuhan menjalani hidup dengan benar, realistis, memiliki suara hati yang peka, mempunyai prinsip hidup yang kuat, idealisme tinggi, selalu mengejar kesempurnaan, etis, terpercaya, produktif, bijak, adil, jujur, rapi, dan disiplin.
Sifat buruknya yaitu suka menilai dan mengkritik, tak terbengkokkan, dogmatis (sikap seseorang atau karakteristik seseorang yang cenderung tertutup), obsesif-kompulsif, terlalu serius, mengontrol, khawatir, iri hati.

Score 2, The Helper
Dimotivasi oleh kebutuhan dicintai dan dihargai, sangat peduli dengan lingkungannya, suka membesarkan hati, peka terhadap kebutuhan orang lain, cepat akrab, mudah menyesuaikan diri, dermawan, antusias, bersemangat.
Sifat buruknya yaitu mengorbankan diri, suka basa-basi, pandai merekayasa, posesif, histeris, lebih tertuju pada kesibukan di luar.

Score 3, The Achiever
Penuh semangat, optimis, percaya diri, dan tindakannya terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Rajin, efisien, mandiri, kuat, dan praktis.
Sifat buruknya yaitu suka menipu, narsis, berpura-pura, sombong, bergaya bagai bos, pendendam, kelewat bersalah. (Wow, hati-hati dengan orang tipe ini, guys!)

Score 4, The Romantic
Tindakannya didorong oleh kebutuhan mendapatkan pengalaman perasaan serta untuk mencari arti kehidupan, sangat peka, hangat, pengertian, simpati, introspeksi, terbuka, kreatif, intuitif, mendukung, dan lembut.
Sifat buruknya yaitu  merasa tertekan dan bersalah, murung, terkungkung pada diri, dan keras kepala.

Score 5, The Observer
Memiliki kecenderungan  kebutuhan yang besar akan ilmu pengetahuan, puas pada diri sendiri, penganalisis hebat, tekun, peka, bijak, objektif, pengertian, dan menahan diri.
Sifat buruknya yaitu berlagak intelek, judes, keras kepala, bersikap menjauh, suka mengkritik orang lain, sulit diyakinkan, berpikiran negatif.

Score 6, The Questioner
Dinamika hidupnya dimotivasi oleh kebutuhan terhadap kepastian, penuh tanggung jawab, dapat dipercaya, loyal, disenangi, perhatian, tulus, cerdik, dan praktis.
Sifat buruknya yaitu paranoid, mengontrol, tak dapat ditangguh, mengadili, defensif, kaku, menyiksa diri, dan suka nge-test orang lain.

Score 7, The Adventurer
Tindakannya didorong oleh kebutuhan mencapai rasa bahagia, penuh semangat, lincah, optimis, bersenang-senang, spontan, imajinatif, produktif, percaya diri, memukau, dan ingin tahu.
Sifat buruknya yaitu suka berfoya-foya, tak terpusat, pemberontak, tidak disiplin, posesif, maniak, menghancurkan diri, dan tidak tenang. (Hiiyyy ngeray qaqa)

Score 8, The Asserter
Perilakunya didorong oleh kebutuhan rasa percaya diri, menghindari perasaan lemah dan bergantung pada orang lain, suka blak-blakan, berkuasa, setia, penuh semangat, manusiawi, dan melindungi.
Sifat buruknya yaitu menguasai, pemberontak, tak punya perasaan dan suka menindas (katanya manusiawi, ya?), terpusat pada diri, meremehkan, dan agresif.

Score 9, The Peacemaker
Cenderung membutuhkan rasa tentram dan mempertahankan rasa tentram tersebut, menghindari konflik, menyenangkan, mengutamakan damai, murah hati, sabar, mudah mengerti, diplomatis, pandangannya terbuka, dan empati.
Sifat buruknya yaitu suka menunda-nunda, mengambil jarak, pelupa, keras kepala, terobsesi, apatis, suka mengadili, dan sulit diyakinkan.

     Kamu termasuk di golongan yang mana, nih? Kalo sifatnya gak 100% sama banget ya maaf-maaf aja, jangan salahin aku. Kan cuma re-post :D
Kalau aku waktu SMP tuh termasuk golongan yang suka nolong yaitu The Helper. Tapi seiring berjalannya waktu, sifat, pola pikir, dan cara pandang tiap orang pasti berubah. Dan aku pun begitu. Awal 2013 aku jadi komunitasnya orang blak-blakan a.k.a The Asserter. Dan setelah aku mengetik ini, sambil dipilih-pilih lagi kan jawabannya, ternyata gak sama semuanya kayak jawaban aku waktu awal 2013, cepet amat ya berubah pola pikirnya.. Entah ini hal bagus atau ngga.

     Masih banyak cara untuk mengetahui sifat seseorang, kalo lagi mood ntar aku post lagi. Sampai disini dulu ya guys, mohon maaf bila ada kesalahan dan kalau ketikan aku susah dimengerti. Love yaaa and God bless yaaa :* Cheers, SKN.




Apa yang dipikirkan mereka sebelum pesta makan malam...

Score 1: "Ku harap aku dapat menyuguhkan anggur yang terbaik."
Score 2: "Ku harap disana orang akan cocok satu sama lain."
Score 3: "Aku akan menjalin banyak hubungan kerja sama dengan orang-orang."
Score 4: "Aku nggak semangat pergi ke pesta...."
Score 5: "Aku mau tinggal di rumah saja, ah, bersama buku ensiklopediaku."
Score 6: "Aku tak boleh lupa memberi makan kucingku dan mengurungnya."
Score 7: "Kalau pestanya gak menarik, aku masih punya acara lain."
Score 8: "Aku akan meninggalkan pesta jika tak ada anggur, wanita, atau musik yang OK."
Score 9: "Saya akan merasa kerasan di pesta jika nanti malam bisa menjalin hubungan yang baik."

pesta makan malam...


Score 1: "Variasi menunya kurang."
Score 2: "Betapa senang merasa dibutuhkan."
Score 3: "Aku perlu makan cepat-cepat lalu lari, banyak urusan."
Score 4: "Caviar murahan, 'kejutan'."
Score 5: "Kelompok gosip, ini baru bikin aku betah ada disini."
Score 6: "Score 3 cepat pulang, apakah dia nggak senang sama kita?"
Score 7: "Aku mau makan dulu, lalu ambil foto, lalu pergi kursus, lalu... lalu... lalu..."
Score 8: "Teruskan kesini makanan itu semuanya!"
Score 9: "Aku merasa dekat dengan semua orang."

setelah pesta makan malam...


Score 1: "Kuharap mereka tak sakit hati karena kritikanku."
Score 2: "Aku amat lelah, tetapi aku senang semua orang menikmati pesta."
Score 3: "Aku tak banyak membuat kontak dalam acara makan malam tadi, tetapi akan aku lakukan pada pencarian dana nanti."
Score 4: "Percakapan di pesta tadi tak berkesan, biasa-biasa saja."
Score 5: "Aku senang bisa pulang lebih awal, jadi aku bisa membaca bukuku sekarang."
Score 6: "Hehe, lega dan aman sudah tiba di rumah lagi."
Score 7: *Masih keluyuran cari hiburan lain* (buset dah)
Score 8: "Aku yakin aku telah dapat memukul dia dalam debat tadi.."
Score 9: "Oh, aku gembira, mereka menyukai ceritaku."