YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 19 Mei 2013

Review Novel "L" -nya Kristy Nelwan

Pertama baca novel ini sekitar pertengahan 2011, dikasih pinjam sama teman sekolahku (Nurul Imam) dengan alasan... ceritanya menarik dan tokoh utamanya agak mirip dengan aku. Walaupun kalau menurut penjabaran mbak Kristy Nelwan, sih, Ava Torino a.k.a tokoh utama di novel itu tinggi 170an, cantik, alcoholic, sangat-sangat tidak percaya cinta pada awalnya tapi berubah di akhir cerita.. So different with me, tapi aku merasa sifat dan kelakuan Ava ada yang mirip juga denganku. Pertama baca sinopsisnya...

     "Ava Torino, twenty something girlyang bekerja sebagai produser di sebuah stasiun televisi lokal di Bandung, agak berbeda dengan perempuan pada umumnya. Ava not really into romantic or love things. Ia menganggap pacaran adalah sesuatu yang seharusnya fun. Dan, biar semakin fun, ia nekat meneruskan ide gilanya semasa kuliah dulu: berganti-ganti pacar, sampai ke-26 alfabet tergenapi sebagai huruf awal nama-nama sang pacar.
     Dengan ke-adventurous-annya, tidak sulit bagi Ava untuk memenuhi rencana gilanya itu. Namun, tanpa disangka, cowok yang paling sulit ditemukan justru yang namanya berawal hufur L. Maka, cara berpikirnya yang logis memutuskan, siapa pun dia, si L akan menjadi Last Love-nya.
     Sayang, Ava tidak menyadari betapa rahasia semesta ini terlalu besar untuk ditaklukkan oleh logika berpikirnya.... hingga terjadilah peristiwa itu...."

...aku langsung penasaran. Ini ceritanya bakal gimana, ya? Ending-nya gimana, nih.. Intip dulu jangan ya, halaman terakhirnya.. Eh, jangan deh, ntar gak seru.
Pikiran-pikiran seperti itu melintas di benakku. Pada akhirnya aku tak tega mengintip halaman terakhir dan mengikuti ceritanya dari awal sampai akhir.

Ketawa, serius, senyum-senyum sendiri pada bagian awal-tengah. Namun semua tawa tadi berganti dengan.. Air mata. Aku nangis beberapa kali di beberapa bab terakhir. Benar-benar menyentuh. Apalagi ending-nya yang.. unpredictable banget. Aku sampai sekarang suka kesel sendiri. Kenapa Ava dan Rei gak nikah aja sih???


Ini cover novel L waktu aku pertama baca.. Tapi seingatku dulu warnanya hijau...?

Dan yang ini L milikku yang aku post ke instagram.



Baru aja tadi aku beres baca L untuk kedua kalinya. Setelah aku beres baca L pertama kalinya waktu 2011 lalu, aku cari novel ini sampai keliling toko buku di Bandung, tapi hasilnya nihil. Semua udah gak punya stok novel ini. Aku cuma bisa kecewa, kecewa, dan kecewa. Dan berharap novel ini dicetak lagi.

Dua tahun lamanya, selama itu aku cuma bisa mengingat-ingat part-part yang masih aku ingat dari novel ini. Inti ceritanya sih, aku ingat. Karena aku punya penyakit ijp (ingatan jangka pendek) akut, ada beberapa part yang aku sempet lupa, dan sekarang sudah aku ingat lagi berhubung aku baru banget beres baca L beberapa menit yang lalu. Aku jadi ingat lagi kenapa aku jatuh cinta banget sama novel ini. Kalau boleh lebay sih, this novel really change my life, change my point of view to life, to love..
And here I am, crying all over again!

Keisengan Ava mengoleksi mantan sesuai abjad memang gak aku lakuin--mungkin kalau aku baca ini waktu aku belum pernah pacaran dan terlanjur memiliki mantan yang huruf depannya sama beberapa kali akan aku lakuin--tapi cara Ava memandang pacaran itu seharusnya fun, it's really me. Dan masih banyak lagi hal-hal yang aku merasa kalau Ava tuh 'aku banget'. Sejak pertama pacaran waktu SMP, aku sudah mempunyai mantan sejumlah dengan usiaku sekarang. Dan ada beberapa yang merupakan hasil dari, hmm, selingkuh. Tapi setelah membaca novel ini, aku bersumpah pada diriku sendiri (cie) aku gak akan selingkuh lagi. Lebih baik putus dulu baru jadian sama orang lain daripada mendua, mentiga, apalagi mentimun.. Eh, beda, ya?

Aku berubah jadi manusia yang lebih menghargai suatu hubungan. Aku sekarang jijik banget sama orang yang suka selingkuh. Ngapain sih? Kurang kerjaan banget. Biar apa sih selingkuh? Biar dibilang laku, banyak yang suka? Atau mencari kebahagiaan lain? Ah itu mah cuma pembenaran. Nyari kebahagiaan tapi kok nyakitin orang lain sih, pikirin pacar sendiri tuh perasaannya bakal gimana kalau tahu kamu selingkuh. Ada beberapa faktor juga yang bikin aku jijik. Aku jijik sama diri aku sendiri yang dulu pernah 'berkhianat' sama orang yang sayang sama aku, kenapa dulu aku jahat banget.. Juga karena orang terdekat aku, yang selama ini selalu tampak cool dan berwibawa, seseorang yang sangat aku hormati, tapi semua anggapan aku lenyap setelah aku tahu dia... berkhianat.
Yang bisa bikin aku sampai pada pemikiran ini ada faktor dorongan dari luar juga sih, ini adalah kutipan dari beberapa teman aku:

"Aku tahu kamu orangnya cuek banget. Kamu gak peduli omongan orang lain tentang kamu. Bagus kamu cuek, jadi kamu gak banyak pikiran dan gak pernah stres. Tapi kamu gak boleh terlalu cuek dan melakukan segala sesuatu dengan kehendak kamu, karena kamu hidup di dunia ini gak sendiri. Orang-orang lihat kamu dan men-judge kamu. Ya begitulah kehidupan." - Kurnia Mutiara Sari

"Kamu gak punya pendirian, ya, Syur." - Raden Jays Maulana Mukmin

"Jadi cewek tuh harus tahan harga, wajib jual mahal, harus punya prinsip. Jangan pacaran itu karena suka terus jadian, tapi harus selektif." - Putri Nurul Arasyani

Feel so FTV when I read the last part of L, my phone suddenly played Sammy Simorangkir - Kesedihanku. Cocooook banget sama yang Ava rasain di bab-bab terakhir novel ini. Lagu mas Sammy yang selama ada di memori hape selalu aku skip sekarang aku putar beberapa kali. Kebetulan yang menyenangkan. Ada yang suka merasakan kebetulan yang menyenangkan juga gak, ya, kayak aku..?
Misalnya tadi, layar hapeku menunjukkan sedang memutar lagu Maliq n d'Essentials - Jatuh Cinta dan tiba-tiba ada sms masuk dari sangke, alias sang kekasih:"> dari awal aku mendengarkan lagu ini memang cocok sekali dengan feel aku saat itu, lagu ini memang aku dedikasikan buat dia. Agak getek sih, nulis ini. Tapi gak apa-apa, toh dia gak akan baca juga:))

Novel L adalah titik balik dimana aku mulai mencintai novel melebihi komik, yang notabene adalah bacaan wajib aku sejak kelas satu SD. Koleksi komik aku udah berkali-kali lipat jumlahnya dari tumpukan buku pelajaran semasa sekolah dulu. Aku sempet bermimpi, someday aku ingin jadi komikus. Tapi sadar akan talenta dalam menggambar dan mewarnai yang sangat buruk, aku mengurungkan niatku. Dan setelah L ini lah, aku mulai berpikir, apa aku jadi penulis aja? Seperti mbak KNel yang menulis dan berbagi 'perasaan ini' sama aku, yang bisa ngerubah hidup dan pola pikir orang lain, yang ngerubah cara orang menjalani hidup, yang bisa bikin orang lain nangis dan ketawa..

Aku rasa menulis tidak butuh talenta khusus seperti bisa menggambar, bisa akting, ataupun bisa menyanyi. Aku orang yang sangat menyukai kebebasan tapi masih dalam batas wajar. Dan buat aku, menulis adalah salah satu caranya. Misalnya kita bebas menulis apa pun yang kita inginkan di blog, tapi tetap ada batas kewajarannya, kan? Gak boleh ada unsur-unsur yang mampu membuat perang dunia ke-3, misalnya.

Untuk sekarang ini aku sudah punya drafts calon novel-novel aku kelak, tapi baru satu cerita yang selesai dan itu pun masih kurang dari 100 halaman. Aku masih harus banyak belajar. Jika ingin menulis, kita harus banyak membaca. Dan itulah cara aku belajar. Cheers, SKN. :)

4 komentar:

  1. :) Loving this post. All the best for your dream, hope you'll be a great writer soon.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaa dibaca penulisnya:"> aamiin, thank you my inspiration;)

      Hapus
  2. Ketika mau mendekati ending. Aku cuma bisa bilang "woow" alurnya ga bisa ketebak... Dan aku seakan ditarik untuk merasakan perasaan si tokoh utama.nangis bombay deh pokoknyaa

    BalasHapus
  3. Ketika mau mendekati ending. Aku cuma bisa bilang "woow" alurnya ga bisa ketebak... Dan aku seakan ditarik untuk merasakan perasaan si tokoh utama.nangis bombay deh pokoknyaa

    BalasHapus